Pada awal mulanya, tenun ikat berasal dari Gujarat, gunanya untuk membuat kain patola yang diekspor ke Indonesia dan dipakai oleh kalangan bangsawan. Selain ditemukan di India dan Indonesia, tenun ikat juga ditemukan di negara-negara Asia Tenggara, Jepang, dan Amerika Selatan (Mexico, Guatemala, Argentina). Tenun ikat menggunakan teknik ikat dan pencelupan pada saat pewarnaan kain. Pada teknik dobel ikat, benang pakan dan lungsi sama-sama dicelup.
Proses pertama dari tenun dobel ikat ini adalah pewarnaan benang pakan dan lungsi. Pertama-tama benang diikat dan kemudian dicelup, warna yang digunakan berasal dari alam seperti serbuk kayu. Setelah kering, benang kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam tabung bambu. Proses pewarnaan benang sampai mendapatkan warna yang diinginkan memakan waktu 2-3 minggu.
Setelah proses pencelupan, benamg-benang tersebut telah siap untuk ditenun. Setiap helai benang dari setiap gulung untuk setiap detail motif yang dibuat. Pada teknik ikat, benang lungsi digunakan untuk kain latar, sedangkan benang pakan ditambahkan pada kain latar untuk dijadikan motif. Tenun ikat dari Indonesia khususnya dari Timor, jarak benang pada motif sangat rapat, berbeda dengan tenun ikat dari Jepang atau Guatemala. Teknik dinamakan sebagai tenun ikat.
PadaTenun dobel ikat, baik benang pakan dan benang lungsi sama-sama dicelup pada proses pewarnaan dan kemudian diikat dan ditenun secara bersamaan. Tenun dobel ikat adalah teknik yang tersulit dan membutuhkan keahlian yang tinggi serta proses pembuatannya yang memakan waktu lama. Perbedaan dobel ikat dengan ikat adalah:
• Benang pakan tidak mengalami proses pencelupan.
• Benang pakan langsung ditambahkan pada kain latar.
Kita perlu berbangga karena, Indonesia merupakan penghasil tenun dobel ikat yang terbaik selain India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar