Ulos Simalungun
Ulos Ragi Hotang
Ulos Ragi Hidup
Ragam Ulos
Ulos sangat kaya akan motif yang beragam, biasanya motif dibagi berdasarkan keperluan, golongan dalam masyarakat, dan ada juga motif berdasarkan subetnik Batak seperti Ulos Simalungun, Batak Toba, dan Karo. Berikut ini adalah beberapa motif Ulos yang terkenal, masih banyak lagi motif Ulos yang ada di masyarakat. Ulos tersebut biasanya tidak diperjualbelikan, dan bernilai tinggi dalam adat masyarakat Batak sehingga hanya untuk disimpan dan diberikan kepada saudara atau anak atau cucu dalam acara-acara tertentu.
Ulos Jugia, merupakan ulos yang paling tinggi tingkatannya di antara jenis ulos lainnya. Yang berhak memakainya adalah orang yang sudah memiliki cucu dari anak lelaki dan perempuannya. Selama ada anak yang belum kawin atau belum mempunyai keturunan, orang tersebut tidak boleh memakai ulos ini. Karena itulah Ulos ini langka, dan bagi masyarakat Batak Ulos sama nilainya dengan emas.
Ulos Ragi Hidup, Ulos ini yang tertinggi kedua setelah Ulos Jugia walaupun banyak orang mengira bahwa Ulos ini adalah yang tertinggi. Ulos ini umumnya dipakai pada upacara adat masyarakat Batak, baik upacara suka maupun upacara duka.
Ulos Ragi Hotang, Ulos ini biasanya diberikan kepada sepasang pengantin yang disebut sebagai ulos “Marjabu”. Dengan pemberian ulos ini dimaksudkan agar ikatan batin seperti rotan (hotang).
Cara pemberiannya kepada kedua pengantin ialah disampirkan dari sebelah kanan pengantin, ujungnya dipegang dengan tangan kanan Iaki-laki, dan ujung sebelah kiri oleh perempuan lalu disatukan ditengah dada seperti terikat.
Pada jaman dahulu rotan adalah tali pengikat sebuah benda yang dianggap paling kuat dan ampuh. Inilah yang dilambangkan oleh ragi (corak) tersebut.
Ulos Sadum. Motif Ulos ini berwarna-warni ceria, sehingga sangat cocok untuk acara sukacita. Di Tapanuli Selatan, hanya golongan raja atau bangsawan yang diperbolehkan memakai Ulos ini. Sangat cocok untuk sebagai kenang-kenangan, hiasan dinding dan biasanya diberikan kepada pejabat yang datang.
Ulos Runjat, Ulos ini biasanya dipakai oleh orang kaya atau orang terpandang dipakai pada waktu pergi ke undangan. Ulos ini dapat juga diberikan kepada pengantin oleh keluarga dekat menurut versi (tohonan) Dalihan Natolu diluar hasuhutan bolon, misalnya oleh Tulang (paman), pariban (kakak pengantin perempuan yang sudah kawin), dan pamarai (pakcik pengantin perempuan).
Ulos Sibolang, Ulos ini dapat dipakai untuk keperluan duka cita atau suka cita. Untuk keperluan duka cita biasanya dipilih dari jenis warna hitamnya menonjol, sedang bila dalam acara suka cita dipilih dari warna yang putihnya menonjol. Dalam acara duka cita ulos ini paling banyak dipergunakan orang.
Dalam upacara perkawinan ulos ini biasanya dipakai sebagai “tutup ni ampang” dan juga bisa disandang, dalam acara pernikahan dipilih ulos yamg warna putihnya lebih menonjol. Karena ulos ini dapat dipakai untuk segala peristiwa adat maka ulos ini dinilai tinggi dari pada masyarakat batak. Harganya relatif murah sehingga dapat dijangkau orang kebanyakan. Ulos ini tidak lazim diberikan sebagai ulos pangupa atau parompa.
Ulos Suri-Suri Ganjang, Biasanya disebut saja ulos Suri-suri, berhubung coraknya berbentuk sisir memanjang. Dahulu ulos ini diperguakan sebagai ampe-ampe/hande-hande. Pada waktu margondang (memukul gendang) ulos ini dipakai hula-hula menyambut pihak anak boru. Ulos ini juga dapat diberikan sebagai “ulos tondi” kepada pengantin. Ulos ini sering juga dipakai kaum wanita sebagai sabe-sabe. Ada keistimewaan ulos ini yaitu karena panjangnya melebihi ulos biasa. Bila dipakai sebagai ampe-ampe bisa mencapai dua kali lilit pada bahu kiri dan kanan sehingga kelihatan sipemakai layaknya memakai dua ulos.
Ulos Mangiring, Ulos ini mempunyai corak yang saling iring-beriring. Ini melambangkan kesuburan dan kesepakatan. Ulos ini sering diberikan orang tua sebagai ulos parompa kepada cucunya. Ulos ini juga dapat dipakai sebagai pakaian sehari-hari dalam bentuk tali-tali (detar) untuk kaum laki-laki. Bagi kaum wanita juga dapat dipakai sebagai saong (tudung). Pada waktu upacara “mampe goar” (pembaptisan anak) ulos ini juga dapat dipakai sebagai bulang-bulang, diberikan pihak hula-hula kepada menantu.
Ulos Maratur, Ulos ini menggambarkan jejeran bintang yang teratur. Jejeran bintang yang teratur didalam ulos ini menunjukkan orang yang patuh, rukun seia dan sekata dalam ikatan kekeluargaan. Juga dalam hal “sinadongan” (kekayaan) atau hasangapon (kemuliaan) tidak ada yang timpang, semuanya berada dalam tingkatan yang rata-rata sama. Dalam hidup sehari-hari dapat dipakai sebagai hande-hande (ampe-ampe), juga dapat dipakai sebagai tali-tali atau saong. Sedangkan nilai dan fungsinya sama dengan ulos mangiring dan harganya relatif sama.
Ulos Sitloluntuho-Bolean. Hanya dipakai sebagai ikat kepala dan selendang wanita, hamper tidak memiliki makna adat kecuali diberikan kepada bayi yang baru lahir sebagai Ulos Parompa.
Ulos Jungkit, disebut juga Ulos Paruda (=permata), hanya dipakai oleh para putrid raja, pada saat menerima tamu agung dan pada upacara perkawinan. Cara pembuatan Ulos jenis ini adalah dengan mengkait benang. Ulos ini mirip dengan kain Songket dan terkadang karena pembuatannya yang sulit, penggunaan Ulos ini sering digantikan dengan kain Songket.
Ulos Lobu-Lobu. Ulos jenis ini hanya dipesan jika ada keperluan khusus, seperti pada orang yang selalu dirundung kemalangan. Pada jaman dahulu Ulos ini diberikan kepada ibu hamil tua dengan tujuan agar kandungannya selamat. Ulos ini jarang diketahui orang karena jarang diperdagangkan.
Ulos Simalungun, disebut juga hiou dalam masyarakat subetnik Simalungun. Ulos ini mempunyai motif gatip yang sedikit berbeda dari Ulos lainnya.
Ulos Batak Toba
Ulos Karo, merupakan Ulos yang sulit untuk dibuat karena prosesnya pembuatannya harus dilakukan secara manual. Ulos motif ini banyak didominasi dengan warna merah.
Ulos Saput adalah Ulos yang diberikan paman untuk membungkus jenazah keponakannya
(posted by 1235ty)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar