Selasa, 28 Desember 2010

Aplikasi Kain Tradisional: Sentuhan Tradisional pada Pernak-Pernik Masa Kini

Beberapa waktu lalu sebagian masyarakat, terutama kaum muda menganggap bahwa kain tradisional itu kuno. Hanya cocok dipakai oleh orang tua, orang desa atau hanya cocok digunakan pada acara tertentu saja, selebihnya tentu saja kain tradisional selalu menjadi nomor dua dalam pemilihan busana. Tetapi sekarang tidak lagi, sejak booming batik dan juga pengukuhan Batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO, pamor batik naik tak ketinggalan pula dengan kain tradisional lainnya yang semula tak dilirik, hampir punah atau cuma disimpan di lemari juga ikut terangkat.

Busana berbasiskan kain tradisional pun sekarang bisa disejajarkan dengan busana ala barat lainnya, singkat kata orang-orang tidak sungkan lagi memakain kain tradisional. Euphoria ini juga didukung oleh perancang-perancang ternama yang mulai (atau malah dari dulu) mengaplikasikan kain tradisional pada hasil rancangan mereka. Sebut saja nama Oscar Lawalata yang menggunakan kain ikat Sumba, atau rancangan berkelas milik Ghea Panggabean. Kain tradisional tidak lagi kaku dan bernuansa formal. Ia bertransformasi menjadi sesuatu yang mengikuti perkembangan jaman. Kini tidak lagi sulit menemukan gaun, baju atau celana yang terbuat dari bahan kain tradisional.

Selain digunakan pada pakaian, kain tradisional juga banyak diaplikasikan ke barang-barang rumah tangga, baik secara langsung ataupun hanya berupa contekan motifnya saja. Barang-barang tersebut terdiri berbagai macam seperti sandal, kipas, buku, tas, alat tulis bahkan mobil pun ada yang bermotif kain tradisional. Jenis-jenis kain yang banyak digunakan adalah kain Batik, kain yang satu ini memang merupakan kain yang dari dulu sampai sekarang sering digunakan baik pada busana. Berikutnya yang paling banyak digunakan adalah songket. Songket dengan benang emasnya yang mengilat memberi kesan glamor dan mahal bagi penggunanya. Selain itu, masih banyak lagi jenis kain tradisional yang digunakan seperti kain lurik, songket, tenun ikat Sumba, dan sabagainya.

Efek positif tidak hanya terasa pada bangkitnya nasionalisme dan terjaganya warisan budaya, tetapi juga pada geliat ekonomi. Semua orang tahu bahwa pada masa-masa sulit, banyak pabrik-pabrik penghasil Batik berhenti beroperasi. Sekarang keadaan berbalik, permintaan akan kain Batik kembali naik. Akhir kata, jangan sampai euforia kain tradisional hanya menjadi tren sementara. Biarlah mereka selalu ada diantara kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar