Selasa, 28 Desember 2010

Aplikasi Kain Tradisional: Sentuhan Tradisional pada Pernak-Pernik Masa Kini

Beberapa waktu lalu sebagian masyarakat, terutama kaum muda menganggap bahwa kain tradisional itu kuno. Hanya cocok dipakai oleh orang tua, orang desa atau hanya cocok digunakan pada acara tertentu saja, selebihnya tentu saja kain tradisional selalu menjadi nomor dua dalam pemilihan busana. Tetapi sekarang tidak lagi, sejak booming batik dan juga pengukuhan Batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO, pamor batik naik tak ketinggalan pula dengan kain tradisional lainnya yang semula tak dilirik, hampir punah atau cuma disimpan di lemari juga ikut terangkat.

Busana berbasiskan kain tradisional pun sekarang bisa disejajarkan dengan busana ala barat lainnya, singkat kata orang-orang tidak sungkan lagi memakain kain tradisional. Euphoria ini juga didukung oleh perancang-perancang ternama yang mulai (atau malah dari dulu) mengaplikasikan kain tradisional pada hasil rancangan mereka. Sebut saja nama Oscar Lawalata yang menggunakan kain ikat Sumba, atau rancangan berkelas milik Ghea Panggabean. Kain tradisional tidak lagi kaku dan bernuansa formal. Ia bertransformasi menjadi sesuatu yang mengikuti perkembangan jaman. Kini tidak lagi sulit menemukan gaun, baju atau celana yang terbuat dari bahan kain tradisional.

Minggu, 08 Agustus 2010

Sarung, dulu dan kini


Sebagian besar masyarakat Indonesia tentu tak asing dengan kain bernama sarung. Kain yang kedua ujungnya dijahit sehingga menyerupai tabung ini dipakai oleh pria dan wanita dalam banyak kesempatan. Bahkan seolah menjadi tradisi bagi pria muslim untuk mengenakan sarung saat beribadah.

Proses penyebaran agama Islam melalui perdagangan kabarnya turut pula mendatangkan tradisi penggunaan sarung yang dikenalkan oleh pedagang Yaman. Pemakaiannya yang sederhana dan tidak menunjukkan aurat pemakainya membuat kain ini menjadi populer dalam di kalangan muslim Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda, para santri bahkan mengenakannya sebagai symbol perlawanan terhadap pengaruh budaya barat.

Seiring perkembangan zaman, sarung dipakai tidak hanya dipakai untuk ritual keagamaan, tetapi juga upacara adat dan bahan sandang sehari-hari. Salah satu daerah penghasil kain tenun yang menjadi bahan sarung adalah Sulawesi Selatan, tepatnya di kawasan Sengkang dan Mandar. Masyarakat suku Bugis di kedua daerah ini memiliki ketrampilan menenun kain turun temurun. Corak khas sarung buatan Sengkang selain kotak-kotak kecil dan besar, juga garis zig-zag beraneka warna. Warna yang dihasilkan umumnya cerah seperti merah muda, kuning, hijau muda, dan merah terang. Sedangkan sarung Bugis buatan Mandar biasanya berwarna lebih gelap seperti merah marun, hijau tua dan hitam. Ragam hias yang dihasilkan selain kotak-kotak, juga bunga-bunga yang tersebar di seluruh permukaan kain dengan memakai benang metalik.
Sarung Bugis


Jumat, 30 Juli 2010

Doa, Harapan dan Kain


Berbicara mengenai kain tradisional Indonesia, bukan hanya berbicara mengenai pelindung tubuh, juga bukan mengenai trend fashion semata. Kain tradisional Indonesia sarat akan makna dan tujuan. Dalam selembar kain sarat akan doa dan harapan agar si pemakai terlindungi dari segala marabahaya maupun musibah, serta selalu mendapat perlindungan dari Tuhan Yang Mahakuasa. Semua doa dan pengharapan itu disimbolisasikan melalui motif-motif yang tergambar di atas kain.



Membuat kain tradisional, tidak hanya sebuah proses merubah bahan mentah menajdi selembar kain yang cantik dan indah tetapi juga sebuah ritual yang penuh dengan kesakralan dan kesucian. Umumnya proses pertama dari pembuatan kain tradisional adalah berdoa, tujuannya jelas untuk meminta kesabaran dan ketekunan selama proses pembuatan serta kain yang akan diselesaikan nanti dapat memberikan kebaikan bagi siapapun yang memakainya.

Dan setelah meneliti dan menulis beberapa kain tradisional, penulis berkesimpulan bahwa kekhasan kain tradisional terdapat pada teknik pembuatan kain, bahan pembuat kain (sutra, katun, benang emas atau perak), dan yang paling utama adalah motif. Motif inilah yang menjadi pembeda fungsi setiap kain. Beberapa motif menunjukkan fungsi sebagai berikut:
• Penentu status sosial. Pada umumnya, kain tradisional memliki motif-motif khusus yang hanya boleh dikenakan oleh orang yang berasal dari kalangan tertentu (keluarga kerajaan, bangsawan atau orang yang berkecukupan). Misalnya motif parang pada Batik Jogjakarta, yang hanya boleh dikenakan oleh Sultan. Pada saat sekarang ini, motif yang dulunya hanya ditujukan kepada keluarga bangsawan ini sekarang boleh dipakai siapa saja asalkan di luar lingkungan keraton.

Jumat, 09 Juli 2010

Sarita, wastra pusaka Toraja


 (Kain Sarita motif manusia - Koleksi Museum Tekstil)

Sebagai kain pusaka yang dianggap sakral oleh masyarakat Toraja, keberadaan kain Sarita dalam ritual adat memiliki peranan penting. Salah  satunya adalah upacara kematian. Upacara besar ini dipercaya mampu mengantar seseorang yang meninggal ke alam baka. Kehadiran kain adat tersebut bukan hanya melambangkan status tetapi juga symbol restu keluarga. 

Sabtu, 03 Juli 2010

Tapis, si Manis dari Lampung



                                    Perajin kain Tapis sedang menyisipkan kaca ke kain.

Lampung tidak hanya penghasil gula, tapi juga salah satu daerah penghasil kain yang tak kalah cantiknya dengan kain yang berasal dari daerah lain. Tapis nama kain itu, kain tenun yang cerah dan bercorak warna-warni meriah ini merupakan kain tenun yang mempunyai corak garis-garis dan kaya akan motif alam seperti flora dan fauna. Satu keunikan dari kain Tapis adalah adanya pecahan kaca yang disisipkan ke dalam tenunan, yang membuat kain Tapis semakin berkilau ketika digunakan. Sekarang ini Tapis jarang digunakan sebagai busana sehari-hari, penggunaannya hanya sebatas pada ritual adat dan keagamaan seperti pada perkawinan.

Bahan utama pembuat Tapis adalah kapas. Benang kapas digunakan sebagai latar tenunan dan benang emas dan/atau perak sebagai pembentuk motif, benang jenis ini digunakan dengan teknik sulam, sedangkan untuk benang latar digunakan teknik tenun ikat. Perwarnaan menggunakan bahan alami, seperti kunyit untuk warna kuning, mahoni untuk warna coklat. Untuk pengawetan benang digunakan akar serai wangi, dan untuk meregangkan benang digunakan lilin sarang lebah. Setelah tahun 1950, para perajin Tapis tidak lagi menggunakan bahan pewarna alami selain karena bahan baku alami yang makin sulit didapat, benang sintetis juga sudah banyak beredar di pasaran. Selain kapas, Tapis juga dibuat ada yang terbuat dari sutera.

Rabu, 02 Juni 2010

Menatap keunikan kain tenun ikat Sumba Timur


Bagi masyarakat Sumba, sebuah daerah di kepulauan Nusa Tenggara Timur, kain tenun ikat telah menyatu dengan kehidupan keseharian dan memiliki makna tersendiri. Kain ini bukan hanya sebagai alat tukar niaga antar kerabat, tapi juga mengambil peran dalam beragam upacara adat. Misalnya dalam upacara perkawinan, pihak pria memberikan barang seperti emas dan kuda, sedang pihak wanita menyerahkan kain tenun dan perhiasan manik-manik. Upacara kematian dalam adat Sumba juga memperlihatkan keistimewaan kain ini dengan mengikutsertakan puluhan bahkan ratusan kain tenun ke dalam kubur. 

Kamis, 27 Mei 2010

Riangnya Batik Priangan



                                      Batik Tasikmalaya motif Menuk Papangkah Latar Cupat Manggu


                                             Batik Garut motif Buku Awi


                                                                                   Batik Ciamis motif Ardilaya

Kali ini, Warisan Kain Pusaka akan mengulas tentang Batik Priangan, yang tersebar di Tasikmalya, Garut, dan Ciamis. Batik ini juga merupakan bagian dari Batik Tatar Sunda bersama dengan Batik dari Cirebon dan Indramayu. Perbedaan hanya terdapat pada warna dan motif, pada Batik Cirebon yang sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan warnanya lebih cerah dan motifnya kebanyakan mengambil tema laut seperti ganggang. Dan pada Batik priangan yang sebagian besar masyarakatnya agraris, berprofesi sebagai petani, lebih menonjolkan motif yang bertema agraris seperti padi, burung bangau, warnanya pun masih cerah tetapi ada daerah yang lebih menonjolkan warna klasik seperti coklat dan hitam.

Minggu, 16 Mei 2010

Geulisnya Batik Tatar Sunda (I)

Siapa yang tidak kenal dengan Jawa Barat? Keelokkan alam, iklim yang sejuk juga hasil bumi yang melimpah. Di balik semua itu, Jawa Barat yang terkenal dengan nama Sunda, memiliki ragam batik yang tidak kalah menarik dari tempat lain seperti Jogjakarta dan Solo. Batik Cirebon adalah salah satu yang terkenal, selain di Cirebon Batik Tatar Sunda berkembang di daerah Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Indramayu. Masing-masing daerah memiliki corak yang khas yang dipengaruhi oleh budaya daerah dan negeri lain.



Awal mula Batik Tatar Sunda tidak dapat dipisahkan dari sejarang Perang Diponegoro (1825-1830). Perang antara Pangeran Diponegoro dan Belanda berawal dari pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang melewati Muntilan. Salah satu sektor dari jalan tersebut melewati makam leluhur, inilah pemicu dari perang besar yang banyak memakan korban dari kedua belah pihak. Selain korban jiwa yang banyak, perang ini juga menyebabkan pengungsi yang lari ke daerah Jawa Barat, para pengungsi ini kebanyakan berprofesi sebagai pembatik dan pada kemudian hari berkontribusi pada motif khususnya warna latar pada Batik Tatar Sunda.


Kamis, 06 Mei 2010

Kain Sasirangan


Warna cerah dan motif alam yang variatif adalah sedikit dari sekian banyak daya pikat kain Sasirangan. Kain tradisional yang identik dengan provinsi Kalimantan Selatan ini bukan hanya menarik secara visual tapi juga sarat makna filosofis dibaliknya,

Menilik sejarahnya, kain Sasirangan dulunya dibuat hanya berdasarkan permintaan. Karena itu awalnya kain ini dikenal dengan kain pamintan, dan dipakai dalam upacara adat suku Banjar. Kain yang dibuat dapat berbentuk laung (ikat kepala), kakamban (kerudung), udat (kemben) atau tapih (sarung).

Sabtu, 01 Mei 2010

Rahasia Gringsing

Pewarnaan pada kain tradisional biasanya memakai pewarna yang berasal dari alam; daun, kulit atau akar pohon. Berbeda dengan kain Gringsing asal Bali ini, konon warna merah dari kain yang didominasi warna merah, berasal dari darah manusia. Darah tersebut memang dipercaya memiliki kekuatan khusus seperti menolak bala, melindungi si pemakai dari hal-hal yang buruk (magis).


Tentulah bahan pewarnaan itu hanyalah mitos, warna merah didapat dari kelopak pohon kepudung putih dicampur dengan akar pohon sunti. Mitos tersebut dibuat untuk menjaga agar teknik dan motif kain Gringsing tidak dibawa keluar dari Desa Tenganan. Mitos lainnya, wanita yang sedang datang bulan tidak diperkenankan membuat kain ini.

Sebelum memulai menenun, ada upacara doa yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan selama pengerjaan dan juga untuk hasil yang baik. Proses upacara dimulai dengan mencelupkan benang ke dalam minyak lilin dan air serbuk kayu ke dalam wadah yang disebut tanah hat kemudian ditutup dengan kain putih hitam untuk menghindari adanya pengaruh dari roh jahat. Sesaji diberikan seiring dengan ikatan pertama disimpulkan. Sesaji berupa kembang sepatu, daun sirih gulung, sirih, dan 2 set uang kepeng yang pada lubangnya digantungkan kain katun dan diikatkan ke dua buah kendi. Ikatan terakhir hanya boleh dilakukan oleh wanita yang sudah tidak datang bulan lagi.

Sabtu, 24 April 2010

Tenun Dobel Ikat Gringsing

Pada awal mulanya, tenun ikat berasal dari Gujarat, gunanya untuk membuat kain patola yang diekspor ke Indonesia dan dipakai oleh kalangan bangsawan. Selain ditemukan di India dan Indonesia, tenun ikat juga ditemukan di negara-negara Asia Tenggara, Jepang, dan Amerika Selatan (Mexico, Guatemala, Argentina). Tenun ikat menggunakan teknik ikat dan pencelupan pada saat pewarnaan kain. Pada teknik dobel ikat, benang pakan dan lungsi sama-sama dicelup.

Proses pertama dari tenun dobel ikat ini adalah pewarnaan benang pakan dan lungsi. Pertama-tama benang diikat dan kemudian dicelup, warna yang digunakan berasal dari alam seperti serbuk kayu. Setelah kering, benang kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam tabung bambu. Proses pewarnaan benang sampai mendapatkan warna yang diinginkan memakan waktu 2-3 minggu.

Setelah proses pencelupan, benamg-benang tersebut telah siap untuk ditenun. Setiap helai benang dari setiap gulung untuk setiap detail motif yang dibuat. Pada teknik ikat, benang lungsi digunakan untuk kain latar, sedangkan benang pakan ditambahkan pada kain latar untuk dijadikan motif. Tenun ikat dari Indonesia khususnya dari Timor, jarak benang pada motif sangat rapat, berbeda dengan tenun ikat dari Jepang atau Guatemala. Teknik dinamakan sebagai tenun ikat.

PadaTenun dobel ikat, baik benang pakan dan benang lungsi sama-sama dicelup pada proses pewarnaan dan kemudian diikat dan ditenun secara bersamaan. Tenun dobel ikat adalah teknik yang tersulit dan membutuhkan keahlian yang tinggi serta proses pembuatannya yang memakan waktu lama. Perbedaan dobel ikat dengan ikat adalah:

• Benang pakan tidak mengalami proses pencelupan.
• Benang pakan langsung ditambahkan pada kain latar.

Kita perlu berbangga karena, Indonesia merupakan penghasil tenun dobel ikat yang terbaik selain India.

Jumat, 16 April 2010

Gringsing, Pesona Pulau Dewata

Bali selain terkenal dengan pesona alam serta adat istiadatnya, juga terkenal dengan kain khasnya, yaitu kain grinsing. Kain ini dibuat di desa Tenganan di Kabupaten Karangasem, desa ini sering disebut juga Bali Aga, yang merupakan tempat tinggal suku asli Bali dan masih mempertahankan kehidupan tradisonal. Dari sinilah kain Grinsing berasal, kata Gringsing sendiri terdiri dari kata ‘gering’ yang berarti sakit atau musibah dan ‘sing’ yang berarti tidak. Dan arti kain itu adalah penolak bala.


Kain Gringsing dibuat melalui proses tenun dobel ikat kain yang sulit dan memakai waktu cukup lama dalam proses pembuatannya, sampai memakan waktu kurang lebih 3 tahun. Teknik tenun dobel ikat kain sendiri hanya ditemui di 3 tempat di dunia, Indonesia, India dan Jepang. Karena itu, kain Gringsing merupakan kain yang langka dan mahal harganya. Warna kain ini didominasi dengan warna merah dan pewarnaanya masih menggunakan pewarna alami seperti:

• Warna merah: dari kelopak pohon kepudung putih dicampur dengan akar pohon sunti.
• Warna kuning: dari minyak buah kemiri yang berumur 1 tahun dan dicampur dengan abu kayu kemiri.
• Warna hitam: dari pohon taum.

Kamis, 15 April 2010

'Mendengar' dan 'Membaca' Kain di Adiwastra Nusantara 2010


                                                                              Tenun ikat NTT


Hari ini kami berkesempatan mengunjungi pameran tekstil yang bertajuk Adiwastra Nusantara. Eksibisi yang digelar di Balai Sidang Jakarta dari tanggal 14-18 April ini menampilkan koleksi kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia baik produksi baru maupun yang berusia ratusan tahun.

Memasuki hall A, kami disambut beragam koleksi kain gendongan pusaka dengan motif langka. Misalnya lurik dengan motif Tuluh Watu, yang melambangkan kekuatan dan keperkasaan. Motif ini telah disebutkan dalam prasasti raja Airlangga. Kami juga mendapati ulos dengan pola Batak tertua yang disebut Bintang Maratur. Sementara kain gendongan dari daerah lain seperti Lasem, Solo dan Pekalongan memiliki corak dominan bunga dan binatang. Selain berfungsi untuk menggendong anak, beberapa kain juga digunakan untuk mengangkut barang, contohnya lurik dengan motif Benang pedot.


Kamis, 08 April 2010

Jumputan Unik

Jumputan, salah satu kain tradisional yang eksotis. Beberapa daerah menyebut kain ini sebagai kain pelangi, memiliki proses pembuatan yang unik dan berbeda dengan kain lainnya. Kebanyakan motif kain dibuat melalui proses tenun atau gambar, tapi motif kain ini dibuat melalui teknik ikat dan celup yang lebih dikenal dengan teknik jumputan.

Teknik jumputan adalah teknik pembuatan kain dengan mengikatkan biji-bijian pada selembar kain, biji tersebut digunakan untuk membuat motif. Pewarnaannya menggunakan metode celup, setelah melalui proses pencelupan, kain tersebut dijemur. Setelah kering, barulah ikatan-ikatan tersebut dibuka dan akan terlihat lingkaran-lingkaran yang berasal dari ikatan. Biji yang digunakan bisa kacang ijo atau dapat disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan, bahkan ada pula yang menggunakan kerikil sebagai pengganti biji. Untuk ikatan bisa menggunakan karet atau tali raffia.

Minggu, 21 Maret 2010

Pluralisme diatas Kain

dok: Wikipedia
Batik Hokokai


dok: Danar Hadi
Batik Belanda, Si Kerudung Merah



                                                   Tapis Lampung         

Ragam motif yang terdapat di kain Batik berasal dari berbagai pengaruh seperti religi, dongeng bahkan kebudayaan negeri asing. Pengaruh religi berasal dari jaman Hindu-Budha dan jaman Islam, pengaruh Hindu-Buddha ditunjukkan melalui adanya motif yang menggambarkan lidah api dan lambang swastika dan tulisan Arab yang diambil dari Al Quran.

Pengaruh juga datang dari negara Belanda, Cina dan Jepang. Batik yang dihasilkan tetap merupakan Batik Indonesia tetapi hanya motifnya saja yang mendapat pengaruh dan pada akhirnya justru menambah kekayaan budaya Indonesia.

• Batik Belanda

Pengaruh Belanda berkembang sejak tahun 1840 sampai 1940 dan kebanyakan dibuat di pekalongan. Cirri khas Batik Belanda ini adalah warna pastel atau cerah dan motif yang menggambarkan objek natural dan objek riil seperti bunga, burung kecil, bangau, kupu-kupu, pesawat terbang, tentara memanggul senjata, dongeng tradisional barat (kerudung merah, Hans dan Gretel), dan sebagainya. Kebanyakan Batik belanda berbentuk sarung.

Senin, 15 Maret 2010

Lenggak-lenggok Lurik


 Ragam corak kain lurik di pasar Beringharjo Jogjakarta

Kain tenun telah lama mewarnai perkembangan industri tekstil Indonesia. Proses perpaduan benang lungsi dan benang pakan menghasilkan kain dengan tekstur yang khas dan berbeda dari kain kebanyakan. Salah satu jenis tenun yang cukup terkenal adalah kain lurik, yang dibuat dengan hiasan atau lajur garis membujur.

Menurut buku Kain terbitan Dian Rakyat, jenis kain berbahan dasar benang katun ini pada awalnya hanya terdiri dari dua warna yaitu hitam dan putih yang dituangkan dalam corak garis-garis atau kotak-kotak. Perbedaannya terletak pada komposisi warna dan jumlah garis yang masing-masing memiliki nama tertentu, antara lain:

Rabu, 03 Maret 2010

Warna Warni Songket Palembang

dok: karimsh.multiply.com
Songket Palembang Motif Bintang Berante


Daerah penghasil Songket selain Padang adalah Palembang. Songket Palembang terkenal dengan gemerlap warna dan motifnya. Pada jaman dahulu, Songket Palembang dibuat dengan benang emas dan hanya dipakai oleh para Raja dan bangsawan karena selain harganya yang mahal, kerumitan motif juga menjadi penanda pangkat dan kedudukan. Sekarang ini benang emas sudah dapat digantikan dengan benang sintetis yang berwarna sama, namun begitu Songket Palembang dengan benang emas asli 24 karat dan benang sutra asli juga masih banyak dibuat dan dijual.

Batik Cirebon - membentang dari keraton hingga pesisir




Cirebon. Salah satu kota di propinsi Jawa Barat ini menjadi salah satu pilar perkembangan kebudayaan batik di Indonesia. Keunikan motif dan warnanya yang berbeda dari batik  daerah lain seperti Solo dan Jogja, memberi nuansa tersendiri pada khazanah kain tradisional Indonesia.


Jumat, 26 Februari 2010

Songket Padang

Songket adalah teknik yang digunakan untuk menghias kain yang telah ditenun, prosesnya sangat rumit karena dikerjakan pada saat kain tersebut ditenun. Proses pemberian corak pada kain ini dikerjakan dengan cara menyisipkan benang lungsi di antara benang pakan yang akan membentuk kain. Benang yang digunakan untuk membentuk corak adalah benang emas atau perak sedangkan benang yang digunakan untuk kain latar biasanya adalah sutra atau katun. Teknik Songket ini sering disebut sebagai teknik tenun dengan bahan pakan tambahan (supplementary weft). Benang pakan (weft) adalah benang yang letaknya melintang dan benang lungsi adalah benang yang letaknya membujur mengikuti panjangnya kain (warp).

Kamis, 18 Februari 2010

Sekapur Sirih Tentang Songket

Beberapa motif Songket Padang

 



Songket adalah jenis tenunan tradisional daerah Melayu. Nama songket sendiri berasal pada benang tambahan di antara lungsi saat menenun sebuah kain dan membentuk sebuah motif. Motif inilah yang sejarah dan asal usul kain Songket. Persebaran Songket sendiri pulau Sumatra sampai Bali. Pada jaman dahulu material pembuat Songket didatangkan dari Tiongkok dan India, benang sutra dar Tiongkok dan benang emas/perak dari India.




Selasa, 09 Februari 2010

Sekilas pandang sutera Makassar



Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

Perkembangan industri tekstil sutera di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari provinsi Sulawesi Selatan. Disini terdapat beberapa sentra pengembangan ulat sutera yang menjadi bahan dasar pembuatan kain.

Kain sutera Makassar umumnya mengkilap dan tidak mudah kusut. Motifnya pun beragam seperti  sutera jumputan, sutera polos, sutera ikat, sutera kristal, sutera limbah dan sutera lembut.  Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Misalnya sutera ikat yang memiliki pola menyerupai gelombang zig zag dalam berbagai warna. Meski kerap diidentikkan dengan ikat dari Bali ataupun Gresik, tapi kain dari daerah ini  banyak menggunakan warna, hingga 5 macam, pada tiap lembar kain.

Jumat, 05 Februari 2010

Ragam Ulos

 Ulos Simalungun
Ulos Ragi Hotang














Ulos Ragi Hidup


Ragam Ulos



Ulos sangat kaya akan motif yang beragam, biasanya motif dibagi berdasarkan keperluan, golongan dalam masyarakat, dan ada juga motif berdasarkan subetnik Batak seperti Ulos Simalungun, Batak Toba, dan Karo. Berikut ini adalah beberapa motif Ulos yang terkenal, masih banyak lagi motif Ulos yang ada di masyarakat. Ulos tersebut biasanya tidak diperjualbelikan, dan bernilai tinggi dalam adat masyarakat Batak sehingga hanya untuk disimpan dan diberikan kepada saudara atau anak atau cucu dalam acara-acara tertentu.

Ulos Jugia, merupakan ulos yang paling tinggi tingkatannya di antara jenis ulos lainnya. Yang berhak memakainya adalah orang yang sudah memiliki cucu dari anak lelaki dan perempuannya. Selama ada anak yang belum kawin atau belum mempunyai keturunan, orang tersebut tidak boleh memakai ulos ini. Karena itulah Ulos ini langka, dan bagi masyarakat Batak Ulos sama nilainya dengan emas.
Ulos Ragi Hidup, Ulos ini yang tertinggi kedua setelah Ulos Jugia walaupun banyak orang mengira bahwa Ulos ini adalah yang tertinggi. Ulos ini umumnya dipakai pada upacara adat masyarakat Batak, baik upacara suka maupun upacara duka.

Jumat, 29 Januari 2010

Proses Pembuatan Ulos

Bahan dasar ulos pada umumnya adalah sama yaitu sejenis benang yang dipintal dari kapas. Yang membedakan sebuah ulos adalah proses pembuatannya. Ini merupakan ukuran penentuan nilai sebuah ulos.
Untuk memberi warna dasar benang ulos, sejenis tumbuhan nila (salaon) dimasukkan kedalam sebuah periuk tanah yang telah diisi air. Tumbuhan ini direndam (digon-gon) berhari-hari hingga getahnya keluar, lalu diperas dan ampasnya dibuang. Hasilnya ialah cairan berwarna hitam kebiru-biruan yang disebut “itom”.

Sabtu, 23 Januari 2010

Ulos, Pelindung Masyarakat Batak

Salah satu kain tradisional Indonesia adalah Ulos yang berasal dari Sumatera Utara. Motif Ulos sendiri terdiri berbagai macam motif dan biasanya setiap daerah berbeda motif. Pada awalnya, Ulos identik sebagai ajimat, dan pelindung Orang Batak dari bencana. Dianggap sebagai pelindung karena Ulos dapat memberikan kehangatan dan dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari.Dulu orang Batak memakai Ulos dalam kehidupan sehari-hari tetapi sekarang ini hanya pada waktu-waktu tertentu misalnya pada pernikahan, dan kematian.

Ulos dapat digunakan dalam berbagai fungsi seperti, penutup kepala (ikat kepala), penutup badan atas (pakaian) dan bawah (sarung), dan lain-lain. Kain Ulos juga dianggap sebagai pelambang kekerabatan, karena orang Batak sering memberikan Ulos sebagai lambang kekerabatan dan kehangatan.

Jumat, 22 Januari 2010

Hi, Welcome to our blog!!!

Halo! Selamat datang di blog kami. Blog kami berisi tentang kekayaan budaya Indonesia, dan kami mengkhususkan blog kami untuk membahas mengenai kain-kain tradisonal.
Alasan kami memilih kain sederhana saja karena kami menyukai kain- kain tradisional, dan juga karena keterbatasan informasi, maka kami juga berharap blog ini berguna bagi semua orang yang mengunjungi dan juga bagi budaya Indonesia.