Sabtu, 24 April 2010

Tenun Dobel Ikat Gringsing

Pada awal mulanya, tenun ikat berasal dari Gujarat, gunanya untuk membuat kain patola yang diekspor ke Indonesia dan dipakai oleh kalangan bangsawan. Selain ditemukan di India dan Indonesia, tenun ikat juga ditemukan di negara-negara Asia Tenggara, Jepang, dan Amerika Selatan (Mexico, Guatemala, Argentina). Tenun ikat menggunakan teknik ikat dan pencelupan pada saat pewarnaan kain. Pada teknik dobel ikat, benang pakan dan lungsi sama-sama dicelup.

Proses pertama dari tenun dobel ikat ini adalah pewarnaan benang pakan dan lungsi. Pertama-tama benang diikat dan kemudian dicelup, warna yang digunakan berasal dari alam seperti serbuk kayu. Setelah kering, benang kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam tabung bambu. Proses pewarnaan benang sampai mendapatkan warna yang diinginkan memakan waktu 2-3 minggu.

Setelah proses pencelupan, benamg-benang tersebut telah siap untuk ditenun. Setiap helai benang dari setiap gulung untuk setiap detail motif yang dibuat. Pada teknik ikat, benang lungsi digunakan untuk kain latar, sedangkan benang pakan ditambahkan pada kain latar untuk dijadikan motif. Tenun ikat dari Indonesia khususnya dari Timor, jarak benang pada motif sangat rapat, berbeda dengan tenun ikat dari Jepang atau Guatemala. Teknik dinamakan sebagai tenun ikat.

PadaTenun dobel ikat, baik benang pakan dan benang lungsi sama-sama dicelup pada proses pewarnaan dan kemudian diikat dan ditenun secara bersamaan. Tenun dobel ikat adalah teknik yang tersulit dan membutuhkan keahlian yang tinggi serta proses pembuatannya yang memakan waktu lama. Perbedaan dobel ikat dengan ikat adalah:

• Benang pakan tidak mengalami proses pencelupan.
• Benang pakan langsung ditambahkan pada kain latar.

Kita perlu berbangga karena, Indonesia merupakan penghasil tenun dobel ikat yang terbaik selain India.

Jumat, 16 April 2010

Gringsing, Pesona Pulau Dewata

Bali selain terkenal dengan pesona alam serta adat istiadatnya, juga terkenal dengan kain khasnya, yaitu kain grinsing. Kain ini dibuat di desa Tenganan di Kabupaten Karangasem, desa ini sering disebut juga Bali Aga, yang merupakan tempat tinggal suku asli Bali dan masih mempertahankan kehidupan tradisonal. Dari sinilah kain Grinsing berasal, kata Gringsing sendiri terdiri dari kata ‘gering’ yang berarti sakit atau musibah dan ‘sing’ yang berarti tidak. Dan arti kain itu adalah penolak bala.


Kain Gringsing dibuat melalui proses tenun dobel ikat kain yang sulit dan memakai waktu cukup lama dalam proses pembuatannya, sampai memakan waktu kurang lebih 3 tahun. Teknik tenun dobel ikat kain sendiri hanya ditemui di 3 tempat di dunia, Indonesia, India dan Jepang. Karena itu, kain Gringsing merupakan kain yang langka dan mahal harganya. Warna kain ini didominasi dengan warna merah dan pewarnaanya masih menggunakan pewarna alami seperti:

• Warna merah: dari kelopak pohon kepudung putih dicampur dengan akar pohon sunti.
• Warna kuning: dari minyak buah kemiri yang berumur 1 tahun dan dicampur dengan abu kayu kemiri.
• Warna hitam: dari pohon taum.

Kamis, 15 April 2010

'Mendengar' dan 'Membaca' Kain di Adiwastra Nusantara 2010


                                                                              Tenun ikat NTT


Hari ini kami berkesempatan mengunjungi pameran tekstil yang bertajuk Adiwastra Nusantara. Eksibisi yang digelar di Balai Sidang Jakarta dari tanggal 14-18 April ini menampilkan koleksi kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia baik produksi baru maupun yang berusia ratusan tahun.

Memasuki hall A, kami disambut beragam koleksi kain gendongan pusaka dengan motif langka. Misalnya lurik dengan motif Tuluh Watu, yang melambangkan kekuatan dan keperkasaan. Motif ini telah disebutkan dalam prasasti raja Airlangga. Kami juga mendapati ulos dengan pola Batak tertua yang disebut Bintang Maratur. Sementara kain gendongan dari daerah lain seperti Lasem, Solo dan Pekalongan memiliki corak dominan bunga dan binatang. Selain berfungsi untuk menggendong anak, beberapa kain juga digunakan untuk mengangkut barang, contohnya lurik dengan motif Benang pedot.


Kamis, 08 April 2010

Jumputan Unik

Jumputan, salah satu kain tradisional yang eksotis. Beberapa daerah menyebut kain ini sebagai kain pelangi, memiliki proses pembuatan yang unik dan berbeda dengan kain lainnya. Kebanyakan motif kain dibuat melalui proses tenun atau gambar, tapi motif kain ini dibuat melalui teknik ikat dan celup yang lebih dikenal dengan teknik jumputan.

Teknik jumputan adalah teknik pembuatan kain dengan mengikatkan biji-bijian pada selembar kain, biji tersebut digunakan untuk membuat motif. Pewarnaannya menggunakan metode celup, setelah melalui proses pencelupan, kain tersebut dijemur. Setelah kering, barulah ikatan-ikatan tersebut dibuka dan akan terlihat lingkaran-lingkaran yang berasal dari ikatan. Biji yang digunakan bisa kacang ijo atau dapat disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan, bahkan ada pula yang menggunakan kerikil sebagai pengganti biji. Untuk ikatan bisa menggunakan karet atau tali raffia.