Kamis, 27 Mei 2010

Riangnya Batik Priangan



                                      Batik Tasikmalaya motif Menuk Papangkah Latar Cupat Manggu


                                             Batik Garut motif Buku Awi


                                                                                   Batik Ciamis motif Ardilaya

Kali ini, Warisan Kain Pusaka akan mengulas tentang Batik Priangan, yang tersebar di Tasikmalya, Garut, dan Ciamis. Batik ini juga merupakan bagian dari Batik Tatar Sunda bersama dengan Batik dari Cirebon dan Indramayu. Perbedaan hanya terdapat pada warna dan motif, pada Batik Cirebon yang sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan warnanya lebih cerah dan motifnya kebanyakan mengambil tema laut seperti ganggang. Dan pada Batik priangan yang sebagian besar masyarakatnya agraris, berprofesi sebagai petani, lebih menonjolkan motif yang bertema agraris seperti padi, burung bangau, warnanya pun masih cerah tetapi ada daerah yang lebih menonjolkan warna klasik seperti coklat dan hitam.
 
Batik Priangan, merupakan Batik dari kahyangan. Priangan berasal dari kata Parahyangan yang berarti Kahyangan yang juga berarti tempat tinggal para dewa. Makna kahyangan itu sendiri sudah tereposisi, tidak lagi menceritakan tentang para dewa melainkan kekayaan alam bumi Sunda. Secara umum Batik Priangan menggambarkan flora, fauna (kebanyakan gambar merak, kupu-kupu) dan juga catatan sejarah yang dialami oleh masyarakat Priangan.
 
Dan seperti cerminan masyarakat Sunda pada umumnya, yang berwatak riang, dan terbuka terhadap unsur-unsur asing. Batik Priangan sendiri terinspirasi dari budaya luar yang tentunya dikombinasikan dengan budaya lokal. Inspirasi tersebut berasal dari budaya asing seperti Cina dan Eropa pada penggunaan motif kipas, paying dan kartu remi. Juga inspirasi dari Batik Yogjakarta, terlihat dari kesamaan mirip pada motif parang yang pada Batik Priangan disebut motif Rereng atau Isuk.


Secara umum tidak ada pembatasan pemakaian kain Batik Priangan ini pada kalangan tertentu seperti pada Batik Jogjakarta dan Solo, hal ini karena motif yang digambar tidak memuat unsur doa dan juga tidak ada makna tertentu secara filosofis. Jika ada kalangan tertentu yang menggunakan motif yang jarang ditemui maka biasanya motif tersebut dipesan khusus langsung kepada pembatik. Dalam hal penggunaan, Batik Priangan hanya dipakai untuk busana tidak untuk upacara atau perayaan agama tertentu.


Penggunaan motif yang bersifat naturalis disebabkan oleh profesi sebagian besar masyarakat Sunda yang agraris. Motif-motif tersebut berupa ekspresi dari kesuburan dan keelokkan tanah Sunda, dan juga kegembiraan para petani dalam menyambut panen raya. Tetapi karena profesi masyarakatnya juga, Batik Priangan kalah pamor dengan Batik Jawa Tengah seperti Jogjakarta dan Solo, karena begitu memasuki masa panen, masyarakat berhenti mengerjakan Batik, membatik hanya dijadikan pekerjaan sampingan. Namun seiring dengan naiknya kembali pamor kain tradisional, Batik Priangan kembali merebut hati masyarakat Indonesia dengan keindahan warnanya.


Batik Garut
Batik daerah ini mempunyai kekhasan pada warna gumading (krem), biru tua, merah tua, hijau tua, coklat kekuningan (warna sogan) ,dan ungu tua. Warna merah darah, merah muda, biru muda mendapat pengaruh dari luar. Dan sebagian warna latar Batik Garut adalah warna gumading. Motif-motif yang digunakan juga berasal dari flora dan fauna. Dan tak lupa juga beberapa motif terinspirasi dari budaya luar seperti kipas dan payung yang berasal dari pengaruh barat. Diantara Batik Priangan, warna Batik Garut termasuk yang paling cerah, menurut sejumlah kalangan bisa dikatakan motifnya ‘centil/genit’.


Penamaan biasanya langsung menurut motif yang ada diatas kain seperti Buluh Hayam (bulu ayam), Buku Awi (ruas bambu), Merak Ngibing (merak menari), dan sebagainya. Yang unik dalam penamaan Batik Garut , bisa diambil menurut pemesan, misalnya Rereng Camat dan Rereng Dokter. Pembatik menamakan Batik yang dibuatnya berdasarkan pemesan yang dipesan oleh istri camat dan istri dokter.


Batik Tasikmalaya
Batik daerah ini mempunyai corak warna yang lebih konservatif daripada Batik Garut, Batik Tasik lebih memilih warna coklat, coklat tua, biru tua, dan merah tua. Warna latar tetap menggunakan warna khas Batik Priangan, yaitu warna gumanding.


Motif yang digunakan hampir sama dengan Batik Garut, seperti flora dan fauna. Karena kesamaan itulah, masyarakat Garut dan Tasikmalaya sering terjadi klaim atas kepemilikan motif. Batik Tasikmalaya juga sering digunakan sebagai alat rekam pristiwa atau sejarah yang pernah berlangsung. Contohnya Batik Tsunami yang dibuat oleh Bapak Udey budiman, untuk memperingati pristiwa tsunami pada tahun 2004 silam. Dan juga Batik Keriting Irian untuk mengenang kembalinya Irian Jaya (Papua) ke pangkuan Indonesia.


Batik Ciamis
Jika Batik Tasikmalaya dan Garut, banyak menggunakan warna-warni cerah, pengaruh Batik Jogjakarta dan Solo yang berupa simbol tertentu terlihat cukup kuat pada Batik Ciamis. Walaupun mengandung simbol –simbol tertentu, Batik Ciamis tidak ditujukan untuk kegiatan agama. Karena masih merupakan bagian dari Batik Priangan, tentunya motif Batik Ciamis juga menggunakan gambar naturalis seperti halnya Batik Priangan lainnya. Motif yang cukup terkenal adalah Rereng Eneng, Rereng Jantung dan masih banyak lagi.

Batik Tasikmalaya yang mengilustrasikan sawah dan kehidupannya


                                                         Batik Garut motif Bango Rawa
posted by: 1235ty

Tidak ada komentar:

Posting Komentar