Berbicara mengenai kain tradisional Indonesia, bukan hanya berbicara mengenai pelindung tubuh, juga bukan mengenai trend fashion semata. Kain tradisional Indonesia sarat akan makna dan tujuan. Dalam selembar kain sarat akan doa dan harapan agar si pemakai terlindungi dari segala marabahaya maupun musibah, serta selalu mendapat perlindungan dari Tuhan Yang Mahakuasa. Semua doa dan pengharapan itu disimbolisasikan melalui motif-motif yang tergambar di atas kain.
Membuat kain tradisional, tidak hanya sebuah proses merubah bahan mentah menajdi selembar kain yang cantik dan indah tetapi juga sebuah ritual yang penuh dengan kesakralan dan kesucian. Umumnya proses pertama dari pembuatan kain tradisional adalah berdoa, tujuannya jelas untuk meminta kesabaran dan ketekunan selama proses pembuatan serta kain yang akan diselesaikan nanti dapat memberikan kebaikan bagi siapapun yang memakainya.
Dan setelah meneliti dan menulis beberapa kain tradisional, penulis berkesimpulan bahwa kekhasan kain tradisional terdapat pada teknik pembuatan kain, bahan pembuat kain (sutra, katun, benang emas atau perak), dan yang paling utama adalah motif. Motif inilah yang menjadi pembeda fungsi setiap kain. Beberapa motif menunjukkan fungsi sebagai berikut:
• Penentu status sosial. Pada umumnya, kain tradisional memliki motif-motif khusus yang hanya boleh dikenakan oleh orang yang berasal dari kalangan tertentu (keluarga kerajaan, bangsawan atau orang yang berkecukupan). Misalnya motif parang pada Batik Jogjakarta, yang hanya boleh dikenakan oleh Sultan. Pada saat sekarang ini, motif yang dulunya hanya ditujukan kepada keluarga bangsawan ini sekarang boleh dipakai siapa saja asalkan di luar lingkungan keraton.