Rabu, 03 Maret 2010

Batik Cirebon - membentang dari keraton hingga pesisir




Cirebon. Salah satu kota di propinsi Jawa Barat ini menjadi salah satu pilar perkembangan kebudayaan batik di Indonesia. Keunikan motif dan warnanya yang berbeda dari batik  daerah lain seperti Solo dan Jogja, memberi nuansa tersendiri pada khazanah kain tradisional Indonesia.



Perkembangan sejarah batik Cirebonan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh perpaduan budaya China dan tradisi religius Islam. Pernikahan putri China dengan Sunan Gunung Djati menjadi pembuka masuknya unsur kebudayaan China dalam kehidupan keraton, baik Kasepuhan dan Kanoman, dan masyarakat Cirebon. Simbol-simbol budaya negara tirai bambu seperti phoenix, naga, kupu-kupu dan awan menjadi inspirasi pebatik keraton untuk menuangkannya dalam karya batik.  Motif margasatwa atau alam tersebut dimodiifikasi menyesuaikan dengan penduduk yang kebanyakan beragama Islam dan karena pengharuh keberadaan anggota tarekat Islam yang konon juga menjadi pebatik keraton. Dari sini lahirlah batik Cirebonan klasik dengan motif yang cukup terkenal seperti Singa Payung, Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Sawat Penganten, Ayam Alas, dan masih banyak lagi. Motif mega mendung misalnya, mengandung makna perjalanan manusia dan dunia yang luas. Sedangkan motif singa payung menggambarkan kehidupan yang dinamis.

Karakteristik khusus batik Cirebonan klasik lainnya antara lain:
  1. Terdapat unsur hiasan berbentuk awan (mega) yang disesuaikan dengan motif utamanya dan kerap mengikutsertakan motif batu cadas pada bagian motif tertentu.
  2. Latar kain cenderung kosong tanpa ragam hiasan.
  3. Dasar kain memiliki warna lebih muda dari warna garis pada motif utamanya.
  4. Garis motif pada batik memakai garis tunggal dan tipis kurang dari 0,5mm.
  5. Warna batik didominasi warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna dasar krem, atau berwarna merah tua, biru tua, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.
  6. Warna merah dan biru merupakan representasi maskulinitas karena dulunya pekerjaan membatik dilakukan pria.
  7. Dalam proses pengerjaan penutupan, menggunakan canting tembok dan bleber (alat membatik yang terbuat dari batang bambu yang ujungnya diberi potongan benang katun tebal yang dimasukkan salah satu ujung bambu).
Selain batik klasik, terdapat pula kelompok batik Cirebon pesisiran dengan ciri khas yang berbeda, seperti:
  1. Cenderung dipengaruhi oleh budaya luar dan mengikuti selera pasar.
  2. Menggunakan lebih banyak warna sehingga batik yang dihasilkan berwarna lebih cerah dan terang.
  3. Memiliki motif yang memadukan beragam unsur flora dan fauna.
Daerah sentra pengembangan batik Cirebonan saat ini berada di desa Trusmi Plered Cirebon. Tidak hanya batik tulis saja yang dikembangkan, tetapi pengrajin juga memproduksi batik cap dan gabungan batik tulis cap. Munculnya sejumlah showroom batik di sepanjang jalan utama desa Trusmi membuktikan industri batik di daerah ini tumbuh pesat.
 
Batik Cirebon motif Singa Payung 

(posted by Jeng Lili)

2 komentar:

  1. Terimakasih atas infonya, tolong tulis sebanyak-banyaknya tentang khazanah produk batik Cirebon dan yang lainnya.

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah membaca blog kami dan juga atas masukan-masukannya.
    kami terus meng-update blog kami, jadi tunggu saja postingan berikutnya.

    salam, Warisan Kain Pusaka :)

    BalasHapus