World Batik Summit yang digelar di Jakarta akhir bulan lalu tidak hanya mengenalkan batik dalam lingkup komersial. Beragam kain batik dari berbagai daerah dalam rentang waktu yang berbeda hadir memberikan pengetahuan wastra nusantara. Dua stan yang menarik perhatian saya adalah stan kain Peranakan dan stan kain batik Solo & Jogja. Yang disebut pertama memajang koleksi batik peranakan yang diproduksi sekitar awal tahun 1900. Motif mahluk hidup seperti burung hong dan bunga mawar dominan menghiasi kain yang kebanyakan berwarna terang seperti merah, hijau dan kuning kecoklatan.
Sedangkan stan lainnya yang cukup banyak ditengok pengunjung adalah stan batik yang digelar oleh Paguyuban Pecinta Batik Sekar Jagad. Stan ini menarik karena mengedukasi pengunjung dengan memberikan info tentang arti dan kegunaan beragam motif batik dari Jogja & Solo tersebut. Berikut beberapa motif di antaranya:
Batik motif Sido Asih digunakan saat Tingkeban atau upacara 7 bulanan ibu hamil
Batik motif Sido Mulyo, dipakai sebagai alas bayi saat baru lahir
Batik motif Parang Sisik, umumnya dikenakan pada saat upacara khitanan