Kamis, 10 Februari 2011

Tenun Gedog dari Pesisir Tuban

Motif Panji Krentil

Tuban, sebuah daerah pesisir di utara Jawa timur, turut menyumbang keberagaman kain tradisional Indonesia melalui tenun Batiknya yang lazim disebut sebagai Tenun gedog atau Batik tenun gedog. Kain Batik ini dibuat bukan hanya melalui proses pembatikan tetapi menenun terlebih dahulu lembaran kain yang akan di batik. Mungkin bagi sebagian masyarakat Tenun Gedog kurang akrab di telinga, itu dikarenakan profesi perajin Tenun Gedog ini adalah profesi sampingan, sedangkan profesi utama mereka adalah petani, jadi jika musim tanam dan panen tiba mereka turun ke sawah. Selain itu, faktor lain adalah jumlah generasi muda yang meneruskan tenun ini sedikit. Walau begitu nama tenun Gedog bukan hanya terbatas pada Kabupaten Tuban tetapi sudah mendunia, kain tenun Gedog sudah merambah mancanegara seperti Jepang, Australia, dan beberapa negara Eropa seperti Perancis dan Belanda. Nama tenun Gedog ini berasal suara saat menenun kain yang berbunyi alat tenun yang digunakan saat menenun kain yang akan dibatik, bunyinya dok-dok, sehingga kain ini kemudian dinamai Tenun Gedog.

Proses pertama dalam pembuatan kain ini adalah proses penenunan. Bahan bakunnya adalah kapas, ada dua macam kapas; kapas putih disebut lawe dan kapas coklat disebut lawa. Kapas putih dapat diperoleh di sekitar rumah para penenun, sedangkan kapas coklat didatangkan dari daerah lain. Proses pertama adalah merebus benang yang sudah dipintal agar tidak mudah putus. Setalah itu benang dikanji dengan beras dengan tujuan untuk meratakan bulu-bulu benang, penenun akan menyikat benang jika masih ditemukan bulu. Selanjutnya benang akan dijemur dan setelah benar-benar kering, benang digulung sesuai dengan keinginan. Jadi jika kain yang ditenun lebih lebar dari standar maka gulungan benangpun akan lebih besar. Proses tenun ini biasanya memakan waktu sampai 2 hari.