Kamis, 27 Mei 2010

Riangnya Batik Priangan



                                      Batik Tasikmalaya motif Menuk Papangkah Latar Cupat Manggu


                                             Batik Garut motif Buku Awi


                                                                                   Batik Ciamis motif Ardilaya

Kali ini, Warisan Kain Pusaka akan mengulas tentang Batik Priangan, yang tersebar di Tasikmalya, Garut, dan Ciamis. Batik ini juga merupakan bagian dari Batik Tatar Sunda bersama dengan Batik dari Cirebon dan Indramayu. Perbedaan hanya terdapat pada warna dan motif, pada Batik Cirebon yang sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan warnanya lebih cerah dan motifnya kebanyakan mengambil tema laut seperti ganggang. Dan pada Batik priangan yang sebagian besar masyarakatnya agraris, berprofesi sebagai petani, lebih menonjolkan motif yang bertema agraris seperti padi, burung bangau, warnanya pun masih cerah tetapi ada daerah yang lebih menonjolkan warna klasik seperti coklat dan hitam.

Minggu, 16 Mei 2010

Geulisnya Batik Tatar Sunda (I)

Siapa yang tidak kenal dengan Jawa Barat? Keelokkan alam, iklim yang sejuk juga hasil bumi yang melimpah. Di balik semua itu, Jawa Barat yang terkenal dengan nama Sunda, memiliki ragam batik yang tidak kalah menarik dari tempat lain seperti Jogjakarta dan Solo. Batik Cirebon adalah salah satu yang terkenal, selain di Cirebon Batik Tatar Sunda berkembang di daerah Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Indramayu. Masing-masing daerah memiliki corak yang khas yang dipengaruhi oleh budaya daerah dan negeri lain.



Awal mula Batik Tatar Sunda tidak dapat dipisahkan dari sejarang Perang Diponegoro (1825-1830). Perang antara Pangeran Diponegoro dan Belanda berawal dari pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang melewati Muntilan. Salah satu sektor dari jalan tersebut melewati makam leluhur, inilah pemicu dari perang besar yang banyak memakan korban dari kedua belah pihak. Selain korban jiwa yang banyak, perang ini juga menyebabkan pengungsi yang lari ke daerah Jawa Barat, para pengungsi ini kebanyakan berprofesi sebagai pembatik dan pada kemudian hari berkontribusi pada motif khususnya warna latar pada Batik Tatar Sunda.


Kamis, 06 Mei 2010

Kain Sasirangan


Warna cerah dan motif alam yang variatif adalah sedikit dari sekian banyak daya pikat kain Sasirangan. Kain tradisional yang identik dengan provinsi Kalimantan Selatan ini bukan hanya menarik secara visual tapi juga sarat makna filosofis dibaliknya,

Menilik sejarahnya, kain Sasirangan dulunya dibuat hanya berdasarkan permintaan. Karena itu awalnya kain ini dikenal dengan kain pamintan, dan dipakai dalam upacara adat suku Banjar. Kain yang dibuat dapat berbentuk laung (ikat kepala), kakamban (kerudung), udat (kemben) atau tapih (sarung).

Sabtu, 01 Mei 2010

Rahasia Gringsing

Pewarnaan pada kain tradisional biasanya memakai pewarna yang berasal dari alam; daun, kulit atau akar pohon. Berbeda dengan kain Gringsing asal Bali ini, konon warna merah dari kain yang didominasi warna merah, berasal dari darah manusia. Darah tersebut memang dipercaya memiliki kekuatan khusus seperti menolak bala, melindungi si pemakai dari hal-hal yang buruk (magis).


Tentulah bahan pewarnaan itu hanyalah mitos, warna merah didapat dari kelopak pohon kepudung putih dicampur dengan akar pohon sunti. Mitos tersebut dibuat untuk menjaga agar teknik dan motif kain Gringsing tidak dibawa keluar dari Desa Tenganan. Mitos lainnya, wanita yang sedang datang bulan tidak diperkenankan membuat kain ini.

Sebelum memulai menenun, ada upacara doa yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan selama pengerjaan dan juga untuk hasil yang baik. Proses upacara dimulai dengan mencelupkan benang ke dalam minyak lilin dan air serbuk kayu ke dalam wadah yang disebut tanah hat kemudian ditutup dengan kain putih hitam untuk menghindari adanya pengaruh dari roh jahat. Sesaji diberikan seiring dengan ikatan pertama disimpulkan. Sesaji berupa kembang sepatu, daun sirih gulung, sirih, dan 2 set uang kepeng yang pada lubangnya digantungkan kain katun dan diikatkan ke dua buah kendi. Ikatan terakhir hanya boleh dilakukan oleh wanita yang sudah tidak datang bulan lagi.